Attachment Style

Malam ini iseng ikut attachment style quiz, sebenernya hasilnya ga sepenuhnya benar, tapi ini bisa jadi gambaran yang lumayan detail kalau emang pengen tau attachment style kita apa sih. Sebagai info, setau gua attachment style, atau dalam bahasa Indonesia disebut gaya kelekatan, biasanya dipengaruhi oleh keluarga, orang ta lebih tepatnya. Karena orang tua adalah manusia pertama yang berinteraksi dengan kita, circle pertama. Ini hasilnya bikin gua merasa “ditelanjagi”.

The Fearful Avoidant often shifts between being present in a relationship and then withdrawn. This can create a sense of unpredictability in relationships. This is another three insecure attachment styles characterized by the following qualities :

  1. Fear of being truly vulnerable and expressing inner feelings and needs
  2. Trust wounds, suspicion and feelings of betrayal
  3. Experiencing guilt easily
  4. Strong emotions, aggressions, and anger at times
  5. Great capacity of emphaty for others, but often struggle with emphaty and kindness of yourself
  6. Feelings of ambivalence in relationships, often swinging from hot to cold
  7. Hypervigilance
  8. Poor boundaries unless experiencing anger
  9. Passionate but often emotionally volatile relationships.

    The Fearful Avoidant attachment style often comes about as a result of some form of abuse or trauma in childhood – whether it is emotional, physical or sexual. However, the Fearful Avoidant often had a strong bond with a parental figure as a child. This subconsciously taught them to crave emotional connection, but that it was unsafe.

    This is why the Fearful Avoidant is often unpredictable in their adult relationships, and can often be confused about how they feel – especially when stronger feelings begin to form. The Fearful Avoidant often craves closeness, yet feels the need to run from it intermittently or simultaneously.

Dismissive Avoidant Attachment Style
This is another three insecure attachment styles characterized by the following qualities :

  1. Difficult believing emotional needs can be met by others
  2. Quick to repress or diminish their own emotions
  3. Protective of own space and time alone
  4. Fear of commitment
  5. Dislike being vulnerable
  6. Blunt or harsh with actions at times
  7. Easily wounded by criticism
  8. Withdraw to self-soothe when hurt, often slow to warm back up

Kurang lebih itu penjelasannya. Gua nangis pas baca itu, agak sedih karena sedikit banyak itu bener-bener menggambarkan diri gua. Langsung terbesit “Oh jadi ini penyebabnya..”
Jadi ini penyebab kenapa ketika marah, gua selalu mendorong orang orang terdekat gua untuk menjauh. Ini penyebab kenapa gua gamau terlalu attached sama sesuatu atau seseorang. Ini penyebab gua sering nyalahin diri sendiri. Ini alasan kenapa gua gampang curiga sama orang lain. Semua ini terbentuk dari trauma masa kecil, dan terakumulasi selama hampir 30 tahun dalam diri gua.

Sebenernya udah lama gua sering mikir, kenapa gua agak takut dengan perubahan. Kenapa gua cenderung menyukai sesuatu yang monoton, yang rutin, kenapa gua cenderung malas mengenal orang baru. Untuk orang yang ga tahu, mungkin bisa bilang kalo gua egois banget, gua apatis, ga pedulian, keras kepala. Karena gua takut, terlalu attached dengan seseorang atau sesuatu kan menyakiti gua. Dan setiap kali kecewa, gua sering nyalahin diri sendiri karena merasa gagal menjaga perasaan gua. Setiap kali ada konflik, gua selalu mengembalikan hampir semua kesalahan ke diri gua, iya, gua keras ke orang lain, tapi gua lebih keras ke diri gua sendiri. Ini juga kenapa gua sering kesulitan dalam menjalani hubungan romantis dengan orang. Mungkin selama ini partner gua kesulitan karena gua sering sekali menjaga jarak, disatu sisi gua mengingkan kedekatan emosional tapi disisi lain gua takut kalau nantinya terlalu dekat gua akan lebih mudah tersakiti.

Ngga, gua menulis ini bukan sebagai alasan atau pembenaran atas sikap gua yang dirasa tidak menyenangkan oleh orang-orang disekitar gua. Gua hanya baru menemukan akarnya, penyebab dari semua kekalutan di kepala gua sendiri. Kalut yang ga pernah gua sampaikan ke siapa-siapa, karena gua ga percaya ada yang bisa mengerti. Satu-satunya yang bisa ga andalkan hanya diri gua sendiri, saat ini, dan sampai kapanpun, gua ga bisa mengandalkan orang lain, karena manusia berubah.

Leave a comment